Dalam sejarah operasi intelejen, penggulingan pemimpin tertinggi di suatu negara selalu gagal ketika tidak didukung kubu militernya. Atau impeachment seorang pemimpin-pun butuh dukungan pihak Militer dan Kepolisian. Kedua institusi pertahanan dan keamanan negara menjadi kekuatan kunci saat negara harus pecah atau tetap utuh dalam kondisi apapun. Tugas mereka mempertahankan keutuhan negara dari ancaman di dalam dan luar negeri.
Sekedar mengingatkan bahwa sebesar apapun demo kekecewaan masyarakat kepada negara dan Presidennya. Sebanyak apapun korban jatuh dan seberapa parah kerusakan yang ditimbulkan akibat aksi anarkis, selama TNI dan Polri masih solid dibawah komando Presiden, maka aksi demo yang mengusik keamanan, menjadi tindakan kriminal yang harus ditindak.
Sejarah mencatat kepemimpinan Soekarno jatuh karena terjadi perpecahan hebat di kubu militer. Seperior Angkatan Darat pada saat itu terbelah 2 kubu. Antara pendukung Soekarno dan Soeharto yang berujung peristiwa penculikan dan pembunuhan 7 jenderal Angkatan Darat.
Di era Soeharto kubu militer pun pecah. Antara mempertahamkan rezim Soeharto dan mendukung Reformasi. Kerusuhan Mei 1998 terjadi bukan karena aparat keamanan tidak kuasa mengatasi aksi demo. Tetapi membiarkan situasi chaos tanpa penjagaan saat ribuan orang bebas menjarah, membunuh, membakar. Gedung DPR dikuasai mahasiswa karena aparat menarik pasukan dari tugas penjagaan.
Kejadian yang hampir sama sedang terjadi beberapa hari ini. Demo anarkis ketidakpercayaan masyarakat kepada pemerintah dan Jokowi merebak di beberapa kota besar. Korban dan kerugian berbiak tiap hari. Agendanya sudah jelas tergambar saat koor turunkan Jokowi tanpa alasan logis semakin nyaring. Namun mereka lupa aksi yang berbuntut anarkis justru membuat TNI dan Polri semakin solid mempertahankan negara. Berapapun yang turun di jalanan mereka tetap setia mengawal. Tugas itulah ujian kesetiaan mereka kepada bangsa, di saat bersamaan 3% anggota TNI yang terpapar khilafah dan mendadak tidak setuju Pancasila siap-siap dibersihkan. Para Purnawirawan pendukung negara syariah tinggal menunggu waktu membungkamnya kemudian.
Di sebuah kamar, di salah satu sudut istana kepresidenan, Jokowi yang menjadi simbol perlawanan mereka sedang berdoa. Memohonkan keselamatan bangsa yang sedang berada di titik nadir. Kalaupun dia harus turun bukan karena di demo 7 juta rakyatnya. Tetapi memang murni keinginan 253 juta rakyat lainnya.
Negara sedang butuh kepedulian warganya. Melihat permasalahan tidak sebatas yang terjadi di jalanan.
Kalian yang turun ke jalan, mengotorinya dengan kebencian dan sumpah serapah, bersenang senanglah sepanjang aparat masih menjagamu, memperingatkanmu, menggebukmu saat kepentingan warga lain kalian usik atas nama demokrasi sekalipun. Karena saat 1000 mahasiswa turun ke jalan, masih ada 1 juta mahasiswa lain berada di ruang kuliah butuh jaminan keamanan. Saat ratusan pelajar STM membuat kerusakan, masih ada ribuan pelajar STM lain yang butuh uluran tangan negara mewujudkan cita-citanya. Di saat ribuan buruh berbondong-bondong memenuhi jalanan, masih ada jutaan buruh lainnya yang bekerja demi anak istrinya.
Dan di saat puluhan ribu pendukung khilafah geram mengutuk Jokowi, masih ada jutaan warga negara lain yang masih mencintai keberagaman negeri ini.
Semoga paham
#NKRItanpaanarki
Judul : AKSI DEMO, CARA BURUK MENGHANCURKAN NEGARA
Penulis : Dahono Prasetyo