Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Novyan Bakrie, menekankan pentingnya strategi nasional yang tangguh untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi global. Potensi kebijakan proteksionis, serta dinamika perang dagang antara negara-negara adidaya, menuntut Indonesia untuk proaktif mengambil peluang di tengah gejolak tersebut. Bukan hanya sekadar menjadi penonton, Indonesia harus menjadi pemenang dalam persaingan perdagangan global yang semakin kompleks.
Anindya menyampaikan hal ini dalam acara halalbihalal Kadin Indonesia. Ia menjelaskan bahwa situasi geopolitik dan ekonomi global saat ini menuntut strategi yang cermat dan responsif. Indonesia perlu mempersiapkan diri menghadapi berbagai skenario, termasuk kemungkinan berlanjutnya perang dagang dan kebijakan proteksionis dari negara-negara besar.
Strategi Kadin Indonesia Menghadapi Ketidakpastian Global
Kadin Indonesia berencana melakukan kunjungan kerja ke Amerika Serikat untuk membahas beberapa agenda penting. Tiga agenda utama yang akan dibahas meliputi transisi energi, kerja sama dengan Kamar Dagang AS (U.S. Chamber of Commerce), dan promosi investasi di Milken Institute Global Conference 2025 di Los Angeles. Kunjungan ini bertujuan memperkuat hubungan ekonomi bilateral dan menarik investasi asing ke Indonesia.
Kadin juga telah melakukan koordinasi dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan kementerian teknis terkait untuk mendukung kesepakatan bilateral yang ditargetkan rampung dalam dua bulan. Kerja sama antar kementerian ini sangat krusial untuk memastikan konsistensi dan efektivitas strategi Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian global.
Neraca Perdagangan Indonesia-AS dan Relokasi Dagang
Meskipun neraca perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat saat ini masih positif sebesar USD 18 miliar, impor migas Indonesia yang mencapai USD 40 miliar menjadi perhatian serius. Kadin mendorong relokasi dagang yang lebih seimbang untuk mengurangi ketergantungan pada impor migas dan memperkuat posisi tawar Indonesia dalam perdagangan bilateral.
Untuk mencapai keseimbangan ini, Kadin akan melibatkan asosiasi dan Kadin daerah. Mereka akan mengidentifikasi dan mempromosikan produk unggulan Indonesia seperti alas kaki, elektronik, dan tekstil untuk meningkatkan ekspor ke AS dan negara-negara lain. Diversifikasi produk ekspor ini sangat penting untuk mengurangi risiko ketergantungan pada satu atau dua komoditas utama.
Pergeseran Pola Perdagangan dan Reformasi Regulasi
Anindya mencatat pergeseran pola perdagangan global yang kini lebih didominasi oleh pendekatan bilateral dibandingkan multilateral. Ia menganalogikannya dengan “dagang ala Glodok” yang menekankan negosiasi langsung dan praktis. Indonesia perlu beradaptasi dengan perubahan ini dan memperkuat kemampuan negosiasi dalam hubungan bilateral.
Reformasi regulasi domestik, termasuk terkait Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan kuota impor, juga menjadi fokus utama. Tujuannya adalah untuk mencegah deindustrialisasi dan mendorong industrialisasi berbasis nilai tambah, atau yang disebut “hidirisasi”. Regulasi yang tepat akan mendukung pertumbuhan industri dalam negeri dan daya saing produk Indonesia di pasar global.
Peluang dalam Transisi Energi dan Kerja Sama dengan Pasar Non-Tradisional
Indonesia memiliki potensi besar dalam transisi energi, khususnya energi terbarukan seperti panas bumi, surya, air, dan angin. Ketersediaan mineral kritis juga menjadi aset strategis untuk mendukung industri hijau. Kadin akan mendorong investasi dan kerja sama di sektor ini untuk menarik investasi asing dan menciptakan lapangan kerja.
Selain Amerika Serikat, Kadin juga membuka peluang kerja sama dengan pasar non-tradisional seperti Turki dan negara-negara Uni Eropa. Kunjungan Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan ke Indonesia telah membuka peluang perjanjian dagang baru yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha dalam negeri. Diversifikasi pasar ekspor akan mengurangi ketergantungan pada pasar tertentu dan meningkatkan ketahanan ekonomi Indonesia.
Sinergi dan Optimisme untuk Masa Depan
Anindya menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah pusat dan daerah serta pelaku usaha untuk menghadapi tantangan dan peluang yang ada. Dengan respon yang cepat dan tepat, Indonesia memiliki potensi besar untuk memenangkan persaingan global. Ia optimistis bahwa dengan strategi yang tepat, Indonesia dapat meraih keberhasilan dalam perdagangan global, bahkan mampu “menyalip di tikungan” dalam menghadapi dinamika ekonomi global yang penuh ketidakpastian.
Keberhasilan Indonesia dalam menghadapi “Trump 2.0” dan dinamika global lainnya bergantung pada kemampuan pemerintah dan sektor swasta untuk berkolaborasi, berinovasi, dan mengadaptasi strategi dengan cepat. Komitmen untuk meningkatkan daya saing dan diversifikasi ekonomi menjadi kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan tersebut.