Mitologi Pancasila harus senantiasa hidup abadi sebagai arena tempat pentas psikologis terutama bagi setiap manusia Indonesia untuk memelihara dogmatika Pancasila sebagai prinsip dasar yang memiliki landasan aksiomatika dan keabsahan kadar kebenarannya tidak perlu dipertanyakan lagi guna melahirkan berbagai rumusan etika keperilakuan berkehidupan sosial yang telah teruji nilai nilai kebenarannya secara historis empiris. Mitologi Pancasila sangat kokoh serta mendasar bertumpu pada intisari jagad alam semesta / Sang Maha Suci Semesta Alam oleh karenanya Pancasila sebagai ideologi NKRI merupakan paradogma holistik sekaligus validator landasan ontologi dan epistimologi guna mengembangkan berbagai ajaran spiritual / keyakinan dan keilmuan bahkan lintas disiplin ilmu bernafaskan humanika Pancasila untuk semakin memperkokoh tegaknya pilar pilar kebangsaan demi terwujudnya tatanan berkehidupan gotong rayong agung damai sejahtera berkeadilan sosial universal seperti yang diharapkan oleh para founding fathers bahwa NKRI adalah Negara Integralistik yang dibangun dengan semangat kekeluargaan kegotong royongan agung, mitologi Pancasila dan spiritual humanika Pancasila akan melahirkan dan mengakselerasi gerakan nasional melaksanakan fungsi keadilan sosial universal serta membangun tatanan kenegaraan kearah Tegaknya Tatanan Kehidupan Gotong Royong Agung Damai Sejahtera Yang Berkeadilan Sosial Universal.
1. Sila pertama
Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan sumberkemurnian esensi ruh suci Sang Maha Suci Semesta Alam yang harus senantiasi diakses dan diasup esensi daya rasa kesucian/kemurniannya untuk meningkatkan kecerdasan spiritual subyektivitasnya guna memperkuat spektrum daya rasa Sang fitrah/Sang sejati kemanusiaannya melalui berbagai sistem spiritual humanika yang diyakininya berbasis Sang Maha Suci/Tuhan yang Maha Esa , Ruh suci kemanusiaan bagi manusia seluruh dunia berasal dari Sang Maha Suci sehingga bisa dikata hakekat rasa sejati kemanusia/hakekat Iman bagi seluruh manusia adalah sama (The mankind is one) yakni rasa ketulusan kemurnian yang suci murni selalu menegakkan hakekat kebenaran kejujuran keutamaan yang berkeadilan serta diadabtasikan dalam berbagai dimensi berkehidupan sosialnya. Negara menjamin kemerdekaan tiap penduduk untuk memeluk agama/kepercayaan serta menjalankan beribadat spiritual menurut tuntunan agama dan kepercayaan yang dianut dan diyakinanya, menjalankan syariat ritus spiritual suatu keyakinan/agama agar diperoleh asupan clusters/ruh yang akan semakin memperbesar dan memperluas memori batiniah sebagai pengembangan evolusi kecerdasan spiritual/kecerdasan subyektivitas yang harus senantiasa dijaga kemurnian atau kesuciannya yang tervalidasi oleh Sang Maha Sucinya jangan sampai disusupi atau terkontaminasi oleh virus kontra humanika, kecerdasan spiritual/kecerdasan subyektivitas yang senantiasa tervalidasi oleh Sang Maha Sucinya inilah yang bisa dikatakan merupakan sejatinya Iman universal yang daya spektrumnya akan ikut menggebyar dalam aktivasi random akses memori koloid otaknya guna meningkatkan kualitas aktualisasi rasa sejati Kemanusiaannya. Rasa sejati kemanusiaan/hakekat Iman yang berkualitas tersebut harus diaktivasikan sebagai Sang pengendali sistem kedirian yang terhubung dengan random akses memori batin maupun koloida otak dalam upaya mengembangkan evolusi kecerdasan guna meraih kesejahteraan maupun derajat keagungan dalam tatanan kehidupan sosial bermasyarakat demi tetap terjaganya equilibrium kedamaian dan kesejahteraan bagi sesama hidup dalam berkehidupan (memayu hayuning bawana langgeng). Rasa sejati kemanusian/sejatinya iman berbasis yang Maha Suci / Ketuhanan yang Maha Esa atau esensi berspiritual humanika tersebut selanjutnya harus bisa menyuburkan untuk menumbuh kembangkan karakter jatidiri yang beraroma rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab. Dalam mitologi purwa kawitan Sang Hyang Ismayajati atas restu Sang Maha Suci adalah Sang Pengendali esensi kemurnian clusters/ruh kesucian alam semesta agar manusia tetap eling atau senantiasa mampu mengaktivasikan dan mengoptimalisasikan fungsi kecerdasan hakekat rasa sejati kemanusiaannya (spirit humanika) berbasis yang Maha Suci / Tuhan yang Maha Esa agar berperan sebagai Sang Kholifah/mewakili Sang Maha Pencipta sebagai Sang Pencipta di dunia ini dengan memanfaatkan serta mengelola segala sumber daya yang telah disediakan oleh alam perujudan.
2.Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Merupakan unsur karakter kesejatian berdaya rasa cipta karsa berwawasan komprehensip holistik humanistik yang senantiasa beradabtasi berbasis Sang Maha Suci / Tuhan Yang Maha Esa, bila diaktivasikan akan memberikan daya rasa cipta karsa kecerdasan yang akan melahirkan berbagai kreativitas untuk berkarya dengan lebih mengutamakan untuk memperoleh kebahagiaan kreatif dibanding kebahagian konsumtif sehingga melahirkan etika moral welas asih / cinta kasih serta kesemangatan dalam kebersamaan hidup (gotong royong) penuh toleransi untuk menjaga ketertiban kedamaian yang berkeadilan. Dalam mitologi purwa kawitan sebagai pemegang sistem kendali dan transformasi terhadap esensi ruh tersebut adalah Sang Hyang Manikmaya dengan wawasan kesemesta alam / menggelar jagad serta mendalangkan seluruh lakon berbagai penciptaan agar jagad senantiasa mengembang serta dipenuhi berbagai aktivitas kehidupan pada seluruh dimensi kehidupan sosial secara adil dan merata, bila manusia dalam spiritual humanika melalui tatanan gurujatinya memori hidupnya bisa mendapat sinergitasnya secara langsung boleh jadi manusia tersebut akan mencapai optimalisasi kecerdasan akal budi pekerti serta sangat bermanfaat dalam upaya mencerdasan kehidupan bangsa, bila dikaitkan ilmu pengetahuan sosial atau teknologi akan memberikan daya ungkit yang signifikan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang super kreatif dan inovatif.
3. Persatuan Indonesia. Merupakan unsur karakter kesejatian yang berdaya rasa integralistis komprehensip berbasis rasa sejati kemanusian yang holistik humanistik (Kemanusiaan yang adil dan beradab) yang senantiasa berkecenderungan bersosialisasi agar saling kenal mengenal untuk bersinergis dengan ikatan tali persatuan dalam kesatuan ( Bhinneka Tunggal Ika ) persaudaraan yang kokoh saling kait mengait dalam jalinan tatanan kehidupan sosial masyarakat agung dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang harmonis. Dalam mitologi purwa kawitan sebagai pemegang sistem kendali dan transformasi terhadap esensi ruh tersebut adalah Sang Hyang Gurujati, dalam sistem kediriannya memuat rasa keinginan seluruh makhluk hidup semesta alam dalam rasa satu kesatuan yang etis, daya rasa kesatuan keinginan seluruh makhluk hidup oleh manusia sangat dibutuhkan untuk terjaganya keseimbangan ekosistem kehidupan demi kesejahteraan kedamaian dan keadilan sosial bagi manusia itu sendiri. Ruh yang telah berdaya rasa kesatuan yang etis dari Sang Gurujati sangat diperlukan untuk tercerap dalam karakter jiwa setiap pribadi manusia Indonesia dalam upaya memperkokoh rasa kesatuan dan persatuan bangsa.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan.
Merupakan unsur karakter kesejatian berdaya rasa pamomong, pengayom, pemimpin demi tetap terjaganya persatuan dalam kesatuan yang etis, untuk selalu mengakomodasikan keseluruhan kepentingan hidup dalam berkehidupan sosial dengan lebih mengutamakan kepentingan umum/nasional dibanding kepentingan pribadi atau golongan. Dalam mitologi purwa kawitan sebagai pemegang sistem kendali dan transformasi terhadap esensi ruh tersebut adalah Sang Hyang Among Raga selaku pemegang legitimasi penjaga / pemelihara / pamomong terhadap perujudan alam semesta beserta penghuninya demi untuk pertumbuhan, ketertiban, kesejahteraan, kedamaian dan kelestariannya. Manusia Indonesia harus memiliki unsur karakter tersebut demi eksistensinya bagi dirinya sendiri, berkeluarga, bermasyarakat atau apapun yang telah menjadi tanggung jawab amanat yang diembannya dengan penuh rasa hikmah dan kebijaksanaan.
Pancasila Sebagai Validator Asas Keperilakuan
Pancasila bisa dikata merupakan kristalisasi nilai nilai kemanusiaan yang universal bersumber dari kemurnian inti sari kemanusiaan yang langgeng abadi yakni Ruh Mustikanya Penghuni Jagad Alam Semesta yang sejak dahulu kala telah ada dan hidup di Negeri Pertiwi ini jauh sebelum Nusantara, sebelum Lemoria, sebelum Atlantis. Pada jaman purwa kawitan telah ada sistem spiritual humanika jatidiri kemanusiaan yang murni sama sekali tidak ada unsur sektarian apa lagi keangkuhan simbul dan kelembagaan, sistem spiritual humanika jatidiri kemanusiaan yang murni telah digunakan oleh para leluhur untuk mengasup esensi ruh intisari kehidupan ( inti sari bawana langgeng ) guna menggebyarkan ruh suci kemanusiaannya hingga membentuk karakter jiwa jatidiri kemanusian luhur universal bahkan sedemikian rupa hingga mencapai kecerdasan dengan peradaban dan kecanggihan Ipteknya, nenek moyang bangsa Negeri Pertiwi / Nusantara / Indonesia sangat menjunjung tinggi asas keperilakuan kesopanan dan kesantunan serta semangat kebersamaan / gotong royong dalam setiap tatanan berkehidupan sosial disertai rasa ketulusan kebenaran kejujuran keutamaan dan keadilan sehingga meraih puncak kejayaannya ( peradaban Atlantis atau sebelumnya ).