Mengakhiri Perang Dagang, Solusi Perlambatan Ekonomi Amerika

Perang dagang Amerika Serikat dan China yang berlarut-larut tampaknya tidak menunjukkan tanda-tanda melambat. Sebaliknya, perlambatan ekonomi Amerika mulai mengalami perlambatan, ditunjukkan oleh melemahnya sektor jasa, manufaktur, hingga tingkat upah.
Oleh: Matt Egan dan David Goldman (CNN)
Federal Reserve tidak memiliki kemampuan ajaib untuk menghidupkan kembali ekonomi Amerika Serikat yang tengah melambat. Tetapi Presiden AS Donald Trump mungkin memiliki kemampuan itu. Sejumlah bukti baru muncul yang pekan lalu menunjukkan bagaimana tarif dan ketidakpastian besar seputar perang dagang AS-China telah merugikan ekonomi Amerika.
Sektor manufaktur kini mengalami bulan terburuk sejak Juni 2009. Sektor jasa, porsi yang sangat besar di ekonomi modern, tumbuh pada laju terlemah dalam tiga tahun. meskipun tingkat pengangguran jatuh ke level terendah selama 50 tahun, yang merupakan suatu prestasi yang luar biasa, pertumbuhan upah swasta terus melambat.
Secara keseluruhan, angka-angka terbaru melukiskan gambaran ekonomi yang melambat, meski bukan kondisi yang mendekati kehancuran. Bagaimanapun, pertumbuhan ekonomi Amerika sebenarnya bisa dihidupkan kembali dengan mudah. Sementara saham menguat tajam akhir pekan lalu di tengah harapan untuk penurunan suku bunga Federal Reserve, uang tunai saja tidak akan menyelesaikan masalah mendasar, yakni ketidakpastian perdagangan.
“Ekonomi membutuhkan resolusi untuk perang perdagangan. Semakin lama ini berlangsung, semakin besar kerusakan yang terjadi pada ekonomi AS,” kata Kristina Hooper, kepala strategi pasar global di Invesco.
Prospek ekonomi tampaknya sedang meredup. Model perkiraan pertumbuhan PDB Federal Reserve New York diturunkan pada Jumat (4/10) menjadi 1,3 persen untuk kuartal keempat, dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya sebesar 1,8 persen.
Kabar baiknya adalah bahwa para pejabat Amerika Serikat dan China bertemu minggu lalu di Washington untuk mencoba membuat kemajuan menuju perdamaian perdagangan. Meski terdapat ekspektasi rendah untuk terobosan, pertemuan itu akan segera meningkatkan pengeluaran bisnis yang selama ini terus menurun.
“Kita benar-benar harus melakukan pengurangan tarif agar ada peningkatan kepercayaan diri CEO,” kata Hooper.
Alih-alih dibatalkan, tarif saat ini dijadwalkan akan naik. Tarif AS untuk barang-barang China senilai US $ 250 miliar akan naik tanggal 15 Oktober 2019 menjadi 30 persen dari 25 persen. Pemerintahan Trump berencana untuk mengenakan tarif sebesar 15 persen tanggal 15 Desember terhadap impor produk-produk dari China yang akan dihadapi langsung konsumen, termasuk laptop, smartphone, hingga alas kaki dan pakaian tertentu.
Dikutip dari CNN, Senin (7/10), sifat perang dagang yang berlangsung pasang-surut telah menciptakan kebingungan di kalangan eksekutif bisnis.
“Bukan tarif itu sendiri. Ketidakpastian tentang tarif telah menyebabkan bisnis ragu-ragu untuk mengambil keputusan”  kata David Kelly, kepala strategi global di JPMorgan Funds. “Seluruh rencana bisnis Anda bisa digagalkan oleh tweetTrump.”
Pemangkasan lapangan pekerjaan oleh pabrik-pabrik
Beberapa ekonom berpendapat bahwa laporan lapangan pekerjaan bulan September 2019 yang sangat beragam mengisyaratkan dampak kerusakan yang ditimbulkan oleh perang perdagangan AS-China. Untuk kedua kalinya sejak pertengahan tahun 2017, industri manufaktur memangkas banyak lapangan pekerjaan bulan lalu. Hal itu masuk akal karena manufaktur berada di garis depan perang dagang.
“Kesengsaraan sektor manufaktur mulai membebani ekonomi yang lebih luas,” kata Scott Clemons, kepala strategi investasi di Brown Brothers Harriman.
Sebagai gambaran yang lebih besar, total kenaikan upah non-pertanian melambat ke tingkat 161.000 per bulan tahun 2019, dibandingkan dengan 223.000 tahun 2018. Pertumbuhan upah telah melambat bulan September 2019.
“Ini sebagus yang mungkin didapat sampai perang perdagangan diselesaikan,” kata Ian Shepherdson, kepala ekonom di Pantheon Macroeconomics. Shepherdson mengatakan bahwa indikator utama yang sama yang memperkirakan pelambatan perekrutan lapangan pekerjaan sekarang menandakan bahwa pertumbuhan upah non-pertanian akan melambat menjadi hanya 50.000 pada akhir tahun 2019, dari 304.000 bulan Januari 2019. Hal itu berarti tingkat pengangguran akan mulai naik.
Harapannya adalah bahwa tren kali ini akan diubah oleh kemajuan di front perdagangan. Namun, harapan untuk resolusi jangka pendek rendah, terutama setelah Trump bersumpah selama pidato PBB bulan September 2019 untuk mengatasi “ketidakadilan ekonomi yang serius” dari praktik perdagangan yang tidak adil oleh China.
Salah satu kemungkinan terburuk yang dikhawatirkan perekonomian yang sudah melambat adalah gagalnya negosiasi perdagangan yang mengarah pada peningkatan ketegangan dan putaran tarif baru.
“Jika terjadi eskalasi, kita bisa menuju ketidakpastian tingkat Brexit,” kata Hooper dari Invesco. “Itu akan sangat meningkatkan kemungkinan AS memasuki resesi.”
Keterangan foto utama: Presiden AS Donald Trump berbicara selama pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe di sela-sela sesi Majelis Umum PBB (UNGA) ke-74 di New York City, New York, AS, 25 September 2019. (Foto: Reuters/Jonathan Ernst)

IregWay.com

IregWay.com - Indonesian Research Gateway adalah website yang menyajikan beragam informasi terbaru, yang mencakup pendidikan, Bisnis dan Seputar Blogging

Post a Comment

Berikan komentar yang sifatnya membangun agar situs ini semakin berguna bagi masyarakat luas.

- Advertisment -

- Advertisment -